Saturday, March 14, 2009

isteri di rebut preman (kisah nyata) tamat

AKU tidak tinggal diam, segera saja aku membalas serangan itu dengan mengayunkan pedagang ke arah perut. "Bress". Pedangku dengan mudah menusuk perutnya sambil ke belakang. Toteng tidak terlihat kesakitan, dia malah tertawa terbahak-bahak, mengejekku.

Memang hebat! Aku salut dengan ilmu yang dimilikinya. Namun aku yakin bisa mengalahkannya sebab aku belum mengeluarkan semua ilmu yang kuperoleh dari Kiai Faqih. Aku segera mencabut pedagang yang menancap di perutnya. Darah segar keluar dari perut Toteng, namun seketika dengan mengambil air, luka itu langsung sembuh.

Kekuatan Toteng terletak pada air, sebab kusaksikan beberapa kali dia terluka, segera saja ia mengusapnya dengan air. Berarti kalau begitu aku harus menjauhkannya dari air. Aku berpikir keras, bagaimana caranya agar dia tidak dekat dengan air? Jalan satu-satunya , aku harus mencari tempat lain yang tidak ada airnya.

Aku pun memburunya kembali dengan pedangku mengarah kepada wajahnya. Aku mencerca wajahnya dengan pedang bertubi-tubi. Lalu aku menyabet lehernya sampai terputus. Aku langsung mengambilnya kepalanya dan langsung berlari sekencang-kencangnya.

Badan Toteng yang tidak ada kepalanya, bergerak cepat berlari mengejarku. Tentu saja semua penonton bersorak, ada pula yang bengong karena ada manusia yang berlari tanpa ada kepala. Suasana menjadi ramai dan banyak yang tersentak kaget karena baru pertama kali menyaksikan ada manusia berlari tanpa kepala.

Rambut di kepala Toteng aku pegang kuat-kuat. Aku terus berlari dengan kecepatan tinggi. Sementara warga ikut berpencar dan berlarian ingin menyaksikan perkelahian lanjutan. Toteng yang berlari tanpa kepala membuat heboh daerah itu. Sebagian warga, terutama kaum wanita, ada yang ketakutan dan memilih pulang ke rumah.

Aku membawa kepalanya ke sebuah perbukitan yang jauh dari air. Kepalanya aku hancurkan dengan senjata tajam sehingga terbelah menjadi beberapa bagian. Aku potong telinga dan hidungnya serta matanya aku keluarkan.

Tidak lama, tiba-tiba tubuh Toteng sudah ada di depanku. Disusul warga yang berlarian ke perbukitan ingin menyaksikan perkelahian yang sangat seru itu. Toteng segera mengambil potongan kepalanya, namun secepat kilat aku menyabetkan senjata tajam ke tangan kanannya. Tangan Toteng terlepas jatuh ke tanah dengan darah bercucuran. Aku tidak membiarkan dia mengambil tangannya yang terlepas, segera senjata tajamku mengarah kepada kakinya agar tidak berjalan.

Kaki Toteng pun terpisah sehingga dia terjatuh ke tanah. Suasana menjadi ramai, warga bersorak dan bertepuk tangan riuh.

Aku tak membiarkan Toteng mempunyai kesempatan untuk bisa mengambil kaki dan tangannya kembali, sebab akan sangat berbahaya. Dia akan bisa menyambungkan kembali anggota badannya yang terlepas. Itu sebabnya, aku segera memisahkan anggota tubuhnya dan melemparkan ke tempat yang jauh.

Badan Toteng menggelepar-gelepar saat berada di tanah. Darah terus mengucur deras dari tubuhnya yang terluka. Dia berusaha bangkit dari tanah dengan satu kaki, namun aku tidak membiarkannya. Aku khawatir dia bisa menyambungkan kembali anggota tubuhnya. Aku segera memburu dan menyabetkan senjataku ke perut Toteng sehingga perutnya terburai mengeluarkan usus
WARGA yang menonton bersorak gembira dan sebagian masih penasaran dengan kehebatan ilmu yang dimiliki Toteng. Bahkan mereka masih yakin kalau Toteng akan bisa hidup lagi, meski telah berpisah seluruh anggota tubuhnya.

Aku menarik napas panjang. Aku masih penasaran, apakah Toteng akan bangkit lagi setelah badannya rusak dan terpisah-pisah? Sesaat aku masih berdiri di tempat itu, aku menyaksikan anggota tubuhnya yang sudah berlumuran darah. Kaki dan tangannya masih bergerak-gerak, demikian pula perutnya yang terburai.

Aku menunggu beberapa saat, ingin tahu reaksi yang akan terjadi dengan Toteng. Dalam hati aku tidak lupa terus wirid dengan menyebut Asma Allah sebanyak-banyaknya dan memohon agar Toteng tidak hidup lagi, sebab dia merupakan manusia yang jahat dan berbahaya.

Suasana tampak tegang. Warga berdesak-desakan ingin menyaksikan jasad Toteng yang sudah terpisah-pisah. Ada beberapa orang yang memukulinya dengan kayu, mungkin memiliki rasa dendam yang tidak terbalasakan.

"Jangan dibiarkan kita harus membakar atau mengubur secepatnya tubuh itu, sebab bisa saja kembali lagi!" ujar salah seorang warga yang menyaksikan perkelahian maut itu.

"Pokoknya harus cepat dimatikan, ia sangat berbahaya kalau masih hidup."

"Buang saja ke sungai"

"Bakar saja!"

"Kubur saja!"

Warga mempunyai pendapatnya masing-masing sehingga suasana menjadi ramai dan riuh rendah oleh suara warga. Beberapa orang warga ada yang segera berinisiatif mengambil bahan bakar premium lalu segera membakar tubuh Toteng. Kaki dan tanannya segera ditumpuk. Warga pun berteriak-teriak merasa puas melihat kondisi Toteng yang semakin hancur termakan api.

"Tidak ada cara yang paling cepat, harus segera dibakar!" ujar warga yang membawa bahan bakar minyak itu.

Api cepat sekali membakar tubuh Toteng sehingga dalam beberapa menit saja, tubuh Toteng sudah jadi arang.

Aku bergegas mencari air untuk membersihkan tubuhku. Kebetulan tidak jauh dari bukit ada musala, aku bergegas mencuci tubuhku yang banyak bercak darah. Aku lalu berwudu dan melaksanakan salat di musala untuk mengungkapkan rasa syukur telah mengalahkan orang yang sangat ditakuti dan disegani di daerah itu.

Toteng akhirnya benar-benar dinyatakan telah mati dan tidak bisa bangkit lagi. Ilmunya yang hebat, ternyata tidak ada arti apa-apa. Aku banyak dipuji oleh warga, namun aku mengingatkan bahwa semua itu adalah semata-mata karena izin dan rida dari Allah SWT.

"Manusia tidak ada yang jago dan hebat. Sehebat apa pun seseorang, suatu ketika akan mengalami kehancuran. Yang Mahahebat dan Mahakuasa hanyalah pencipta langit dan bumi, yaitu Allah SWT. Kita wajib menyembah dan beribadah kepada Allah," kataku seraya pamitan kepada warga akan pulang ke rumah.

Aku pun berjalan kaki pulang untuk menemui anak dan mertuaku. Aku berharap istriku bisa segera bertemu dan hidup kembali bersama-sama kami, membangun rumah tangga yang diridai Allah. Aku yakin istriku akan datang kepadaku setelah tahu kalau Toteng mati di tanganku. Aku percaya istriku seorang yang sangat setia dan patuh kepadaku. (tamat)**

No comments: